22 Oktober 2013

Pemandian Air Panas

Pemandian Air Panas. Ini merupakan pemandian Air Panas yang berada di Nagari Batu Bajanjang Kabupaten Solok Sumatera Barat. Kolam penampung yang di buat oleh masyarakat di atasnya dibangun sebuah Musolah (Surau. Air Panas ini bersumber dari Mata Air yang muncul di Kaki Gunung Talang. Nagari Batu Bajanjang ini berada di pinggang Gunung Talang. Untuk ke lokasi ini kita bisa menempuh perjalanan dari Kota Solok masuk simpang Bukik Sileh yang berada di Jalan lintas Solok -Padang. Perjalanan diteruskan ke arah Gunung Talang hingga sampai ke Nagari Batu Bajanjang.

Kelompok Siaga Bencana Sebagai Agent Pembangunan yang terintegrasi PRB (Ikhsan Muharma Putra)

Paradigma penanggualangan bencana memang sudah mengalami pergeseran, dimana pada awalnya penanggulangan bencana mengarah pada kegiatan tanggap darurat. Seiring perjalanan dan perkembangan pengalaman penanggulangan bencana memaksa kita untuk merobah pola pikir pada aksi aksi penanggulangan bencana sebelum terjadinya bencana. Proses proses yang terjadi di tingkat masyarakat terutama Kota Padang yang semenjak tahun 2004 telah mulai untuk melakukan aksi aksi perngurangan resiko bencana terutana terhadap ancaman bahaya Gempa dan Tsunami. Peristiwa Gempa dan Tsunami Aceh yang terjadi pada waktu itu memicu aksi aksi di Sumatera Barat, terutama yang berada di pinggiran pantai Samudra Indonesia. Keresahan dengan kondisi ancaman tersebut menjadi beragam tindakan diambil oleh masyarakat. Seperti pada masyarakat Kota Padang dimana beberapa orang secara bertahap mulai membangun rumah ke arah dataran tinggi yang zona yang dinilai bebas dari ancaman Tsunami. Ada mobilisasi warga kota padang secara simultan yang berdampak pada perkembangan ekonomi. Satu kenyataan dimana menjamurnya pembangunan perumahan di daerah dataran tinggi kota padang seperti di Kecamatan Kuranji, Koto Tangah, Lubuk Kilangan, Kecamatan Pauh dan Kecamatan lain yang diberi label zona hijau. Hal yang lain terjadi pada keluarga atau masyarakat yang tidak punya kemampuan keuangan untuk membangun rumah dan membeli rumah di zona aman. Dari berbagai diskusi dengan warga pesisir pantai Kota Padang, ada jawaban miris terlintas “pasrah !”. Jawaban ini muncul pada kelompok masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mertindak seperti yang dilakukan orang mampu lainnya. Resistensi atau perlawanan yang muncul pada kenyataan ini adalah adanya upaya untuk menghapuskan pengelompokan zona aman Tsunami yang ada di Kota Padang. Pada prinsipnya kita memang tidak perlu mempermasalahkan pengelompokan ini, yang dibutuhkan adalah bagaimana kita bisa meningkatkan kapasitas untuk tetap tahan terhadap ancaman bahaya bencana. Ada 6 kecamatan di Kota Padang yang berada di daerah merah tersebut, memang di sisi kewajiban negara adalah melindungi warganya, seperti yang tertuang dalam undang udang dasar 1945. Kemudian disahkannya undang-undang penanggulangan bencana nomor 24 tahun 2007 sebagai dasar aksi aksi pengurangan resiko bencana di Indonesia. Harus ada upaya untuk untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketahanan dengan perencanaan pembangunan yang berbasis pengurangan risiko bencana. Sebuah perencanaan harus mengarah pada masalah dan kebutuhan. Begitu juga dengan pembangunan yang terintegrasi pengurangan risiko bencana. Salah satu kegiatan mengurangi kerentanan adalah pembangunan sarana jalan raya yang bisa menjadi jalur evakuasi. Pengintegrasian ini tidak lah mudah, ada banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama kepentingan stakeholder yang berbeda sehingga bisa mempengaruhi kebijakan pembangunan. Harapan tertuju pada dibentuknya Kelompok Siaga Bencana di setiap kelurahan di Kota Padang. JEMARI Sakato pada prinsipnya melihat Kelompok Siaga Bencana yang ada di kelurahan sebagai agent pengawal proses pembangunan yang terintegrasi pada pengurangan risiko bencana. Dengan pandangan seperti ini KSB harus memiliki kapasitas untuk membuat analisa masalah dan melakukan perencanaan untuk pengurangan risiko bencana di komunitasnya. Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) sudah seharusnya menjadi langkah pengurangan resiko bencana yang akan efektif untuk meningkatkan kapasitas masyarakat menghadapi ancaman bencana. KSB tidak hanya sebagai tim yang melakukan aksi tanggap darurat ketika terjadi bencana, dan juga tidak hanya sebagai tim yang harus bekerja untuk melakukan kegiatan kegiatan sosial rehabilitasi dan rekonstruksi setelah terjadi bencana. KSB memiliki peranan kunci dalam upaya pengurangan resiko bencana di komunitas, dengan peran tersebut sudah selayaknya anggota KSB memiliki kapasitas atau kemampuan untuk melakukan perencanaan pembangunan sesuai kebutuhan masyarakat. JEMARI Sakato dalam program READI (Recilient Environment Through Active DRR Initiatives) di Kota Padang telah melatih anggota KSB dampingan JEMARI untuk bisa melakukan pengkajian Kerentanan dan Kapasitas mereka secara partisipatif. Pada dasarnya dalam aksi pengurangan resiko bencana, pengkajian resiko merupakan faktor utama untuk menentukan tindakan apa yang harus dilakukan secara bersama dalam upaya mengurangi dampak ancaman bencana. Berangkat dari kajian ini akan tampak apa kerentanan dan apa kapasitas komunitas yang ada di lingkungan. Dengan teridentifikasinya kerentanan dan kapasitas akan menentukan langkah aksi untuk pengurangan resiko bencana yang lebih tepat. Pelatihan Pengkajian Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat (HVC-A) untuk 3 KSB kelurahan dampingan JEMARI dalam Program READI telah dilaksanakan pada tanggal 17 hingga 19 juni 2013 di BPTP Sukarami. Pelatihan ini telah melibatkan 23 orang utusan KSB dari kelurahan Parupuk Tabing, Ulak Karang Selatan, dan Kelurahan Purus. Pelatihan ini tidak terhenti ketika selesai pelatihan saja, di kelurahan masing-masing anggota KSB akan mulai melakukan kajian sehingga Analisis Resiko Bencana Kelurahan akan dimiliki oleh KSB dan bisa menghasilkan Dokumen penting untuk mempengaruhi kebijakan pembangunan di kelurahan masing-masing. Seperti yang di ungkapkan oleh salah seorang peserta pelatihan dimana menurutnya KSB sebenarnya harus menjadi Fasilitator di lingkungannya, tidak hanya sekedar membantu BPBD untuk aksi tanggap darurat tetapi yang terpenting adalah menfasilitasi warganya agar memiliki kapasitas mengurangi risiko bencana. Ungkapan ini menunjukkan bahwa akggota KSB menyadari bahwa mereka adalah agent perubahan di daerah mereaka. Nilai kesiapsiagaan, nilai pengurangan risiko bencana, dan bagaimana mengintegrasikan ke perencanaan pembangunan menjadi pekerjaan penting untuk Kelompok Siaga Bencana. Tidak ada materi yang bisa mereka hasilkan untuk pribadi, tetapi mereka mampu berbuat untuk menyelamatkan beribu nyawa. KSB Padang Tangguh Hadapi bencana!!!!